Pages

Wednesday, January 23, 2019

KONSELING

Penyusun : Tim Peksos BRSBKL Sidomulyo



Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien) dalam upaya mengatasi problem kehidupannya secara face to face (berhadapan muka satu sama lain) atau kontak langsung dengan wawancara sesuai dengan keadaan individu yang dihadapinya sehingga tercapai kebahagiaan hidupnya. Tujuan umum dari konseling adalah untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Pelaksanaan layanan konseling merupakan program wajib PPL mahasiswa BKI. Karena untuk melatih dan mengembangkan kompetensi konseling yang profesional, serta memperoleh daya nalar dalam melakukan penelaahaan, perumusan dan pemecahan masalah yang terkait dengan layanan bimbingan konseling islam. Sasaran program layanan konseling ini adalah Warga Binaan Sosial (WBS) Gepeng. Selain melakukan proses konseling, mahasiswa PPL BKI juga melakukan pendampingan untuk setiap kegiatan yang diberikan oleh Balai RSBKL kepada WBS Gepeng. Proses layanan konseling ini tidak hanya dilakukan sekali dua kali saja, melainkan bisa beberapa kali sesuai kebutuhan klien dan untuk memantau perkembangan klien.
Pelaksanaan layanan konseling ini dilakukan dalam dua bentuk kegiatan konseling yaitu: konseling individu dan konseling kelompok. Masing-masing layanan konseling wajib dilaksanakan oleh mahasiswa PPL BKI.
Konseling Individu; proses pemberian nasihat kepada orang lain (klien) secara individual yang dilakukan dengan face to face atau dengan kontak langsung dan dalam pemilihan pemecahan masalah dikembalikan lagi ke klien. Dalam proses konseling individu ini masing-masing mahasiswa PPL BKI diberikan kewenangan dari Balai mendampingi 3 (tiga) klien WBS Gepeng. Tahapan konseling individu yang dilakukan oleh mahasiswa yakni; pertama tahap awal (assesment atau perkenalan dan mengali permasalahan klien), kedua  tahap pertengahan (mengali permasalahan klien lebih dalam dan memberikan perlakuan atas permasalahan klien), ketiga tahap akhir (menentukan tindak lanjut dari permasalahan klien dan melihat perkembangan klien selama proses konseling berlangsung). Proses layanan konseling dilaksanakan selama 1 (satu) bulan, untuk masing-masing klien dilaksanakan dalam kurun waktu kurang lebih 10 (sepuluh) hari.
Konseling Kelompok; proses layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Di sana ada konselor, ada klien, terjadi hubungan konseling yang bersifat hangat, terbuka, permisif, dan penuh keakraban; ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Konseling kelompok terdiri dari 3 sampai 5 WBS Gepeng. Unsur-unsur yang harus ada dalam konseling kelompok ialah: Pertama, tujuan konseling kelompok yang didukung oleh semua anggota kelompok ialah terpecahkannya masalah-masalah yang dialami oleh para anggota kelompok (WBS Gepeng). Kedua, anggota kelompok ialah sesama WBS Gepeng yang mengikat kegiatan konseling kelompok. Ketiga, pemimpinnya ialah konselor mahasiswa PPL BKI. Keempat, aturan yang diikuti ialah ketentuan berkenaan dengan pengembangan suasana interaksi yang akrab, hangat, permisif dan terbuka. Guna pelaksanaan layanan konseling kelompok ialah untuk melatih WBS Gepeng dalam berinteraksi dengan WBS Gepeng yang lain dan WBS Gepeng dapat mengungkapkan permasalahan yang dihadapi di depan orang banyak dan ikut serta membantu memecahkan masalah WBS Gepeng yang lain di group counseling. Konseling kelompok berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) minggu.

Dari dua proses layanan konseling individu dan konseling kelompok, masing-masing mahasiswa memberikan hasil assesment kepada Peksos guna sebagai bahan evaluasi perkembangan masing-masing WBS Gepeng.       


INTERAKSI SOSIAL SEBAGAI WAHANA KOMUNIKASI

Penyusun : Tim Peksos BRSBKL Sidomulyo





A.  Bimsos Camp 2
Bentuk kegiatan yang kami lakukan saat bimbingan sosial di camp asasemen yang berhubungan dengan interaksi sosial bermasyarakat mencakup beberapa pandangan yaitu : 1) Sebagai wujud status dan peranan sosial, 2) Hubungan sosial antar individu dengan kelompok, 3) Hubungan sosial antar kelompok, 4) Akulturasi sebagai akibat interaksi sosial, 5) Komunikasi sebagai syarat melakukan interaksi sosial, 6) Simpati dan empati dalam berinteraksi sosial.



Manfaat dari kegiatan berbentuk dengan metode dinamika kelompok diharapkan membuahkan perubahan pola pikir untuk intropeksi diri dan tanggung jawab diri sehingga akan terbentuk aktualisasi diri :
Membangkitkan kepekaan diri seseorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai.

Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain.

Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok.

Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota kelompok.

Saling memberikan motivasi antar anggota kelompok dengan dilakukannya sharing–sharing tentang informasi maupun solusi yang diberikan.

Kegiatan ini dapat memberikan kekompakan dalam menyatukan pendapat, menyampaikan informasi dan menyadarkan pikiran sesama klien untuk menciptakan kebersamaan di camp asesmen sebelum mereka di referal, diresosialisasi dan direunifikasi.

B.  Bimsos Camp 1               
Dengan kegiatan dinamika kelompok permainan lempar tangkap bola antara PDM, Peksos dan mahasisiwa PPL UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu bentuk Activity of Daily Living (ADL) terapi kejiwaan dengan menguji daya konsentrasi PDM selama permainan berlangsung, sebagai bentuk  gerak tubuh dan membangun hubungan interaksi sosial sesama PDM dan fasilitator.



Deskripsi kegiatan tersebut PDM memberikan respon yang cukup positif ikut berpartisipasi dalam permainan lempar tangkap bola dengan penuh kosentrasi dan fokus mengikuti arahan dari fasilitator, kegiatan tersebut bagian dari edukasi terhadap  PDM untuk dapat beraktifitas seperti layaknya manusia pada umumnya apabila didampingi dengan rasa kesetiakawanan sosial dengan kepedulian dari keluarga, lingkungan dan masyarakat.  Kegiatan camp 1 ini dapat menumbuhkan kekompakan antar klien serta untuk menciptakan kebersamaan antar klien sebelum mereka keluar dari Balai. Selain itu hasil dari kegiatan tersebut adanya perubahan pola pikir dan tanggung jawab klien.

Tuesday, January 22, 2019

AKTUALISASI DIRI MENUJU PERUBAHAN MENTAL GEPENG YANG MANDIRI




Penyusun : Tim Peksos BRSBKL Sidomulyo
             
Gelandangan pengemis merupakan salah satu elemen lapisan masyarakat yang terbentuk karena berbagai latar belakang. Bukan tidak mungkin jika disebabkan kondisi dimana tidak adanya kemampuan dan atau kemauan diri untuk suatu kehidupan yang layak (cenderung pasrah) dan lain sebagainya. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu akan membuatnya berusaha mengaktualisasikan dirinya dengan segala yang dia punya. Corey (dalam Hanifah, 2005) menyatakan bahwa manusia berjuang untuk mengaktualisasikan dirinya yakni cenderung manjadi apa saja yang individu mampu. Aktualisasi diri merupakan sarana menuangkan diri dalam kapasitas individu sebagai manusia yang menuntut direalisasikannya semua potensi serta bakat yang sesuai dengan kemampuan, minat, bakat dan bidangnya masing-masing. Bertolak dari berbagai latar belakang itulah gelandangan dan pengemis berjamur.
Seminar merupakan salah satu  program kegiatan Mahasiswa Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Islam Negri Yogyakarta yang dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras Yogyakarta dengan mengusung tema “Aktualisasi Diri Menuju Perubahan Mental Sosial Gepeng Yang Mandiri”. Seminar ini diharapkan dapat membangun perubahan mental gepeng yang mandiri, serta menciptakan rasa kebersamaan warga binaan social, menimbulkan rasa kepercayaan dalam suatu kegiatan.
Sasaran dari seminar ini yaitu Warga Binaan Sosial Gepeng di Balai Rehabilitasi Sosisal Bina Karya dan Laras. Kegiatan ini bertujuan agar warga binaan sosial gepeng dapat termotivasi untuk lebih mandiri
Seminar ini dilakukan pada hari Sabtu 6 Oktober tahun 2018 di Ruang Aula Balai Rehabilitasi Sosial dengan dihadiri oleh 90% warga binaan sosial, teman-teman magang dari SMK Nasional Yogyakarta, serta didampingi oleh pekerja sosial, dan perwakilan dari kepala seksi Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras Yogyakarta. Dengan pemateri Bapak Nanang Rekto Wulanjaya, S.Pd, M.Si
Dalam seminar ini pemateri menggunakan metode Story Telling yaitu menngekspresikan diri dan mengungkapkan pengalaman hidup yang dihadapan pembicara dan para warga binaan.
Wargan binaan sosial duduk dengan formasi melingkar dan pemateri berada ditengah-tengah lingkaran memberikan instruksi kepada warga binaan untuk mengungkapkan isi hatinya secara bergantian satu persatu berupa permintaan maaf, rasa terimakasih, juga saling menularkan semangat diantara warga binaan. Hal ini ditujukan untuk menjalin rasa kebersamaan dan juga mencurahkan isi hati sehingga sudah tidak ada lagi beban diantara warga binaan.
Dalam teknik ini, pemateri berperan sebagai fasilitator yang memandu agar apa yang diungkapkan oleh warga binaan tidak keluar dari topik permasalahan juga agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara warga binaan.
Selain menggunakan metode Story Telling, pemateri juga menggunakan teknik Play Grup yaitu, warga binaan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk memainkan game yang sudah disiapkan.

Pertama, menahan balon. Satu kelompok terdiri dari lima warga binaan dimana warga binaan diminta untuk menahan balon didalam batas kotak agar tidak jatuh atau keluar dari batas kotak tersebut dengan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan. Dalam permainan ini diiringi dengan musik yang dapat meningkatkan semangat warga binaan, dan juga durasi waktu kurang lima menit untuk setiap kelompok. Manfaat dari permainan ini adalah menjalin kerjasama dan kekompakan diantara warga binaan.


Kedua, menggambar berantai. Satu kelompok terdiri dari lima orang warga binaan yang mana masing-masing individu harus meneruskan menggambar hewan secara bergantian dengan mata tertutup, sedangkan anggota kelompok lain mengarahkan anggotanya agar bisa menemukan kertas kelompoknya untuk mulai menggambar. Masing-masing individu diberi durasi waktu lima detik untuk sekali menggambar dengan jumlah durasi waktu yang diberikan kepada setiap kelompok lima menit. Manfaat dari permainan ini adalah untuk melatih konsentrasi dan kerjasama diantara warga binaan.
Kegiatan seminar cukup kondusif, warga binaan sosial dapat mengikuti sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh pemateri. Dengan arahan yang diberikan oleh pemateri warga binaan dapat mengungkapkan isi hatinya terhadap warga binaan lain, saling memberi motivasi dan juga saling menyemangati, sehingga rasa kekeluargaan dapat lebih terjalin diatara mereka.

Aspek proses perkembangan seseorang untuk mewujudkan aktualisasi dirinya adalah :
Memahami kebutuhan dasar yang manusiawi, yaitu bagaimana individu memahami kebutuhan-kebutuhan yang paling mendasar

Mengungkapkan perasaan yang manusiawi, yaitu ungkapan-ungkapan individu tentang apa yang dirasakannya

Kesadaran dan control diri, bagaimana individu mampu menyadari dan mengontrol setiap tindakannya sehingga sesuai dengan harapan-harapannya

Menjadi sadar akan nilai-nilai manusiawi, kemampuan individu untuk bisa menerima nilai-nilai yang berlaku di sekelilingnya. Seperti bekerja sama dengan orang lain


Mengembangkan kedewasaan social dan individu, kemampuan individu untuk dapat mempertimbangkan segala tindakan yang dilakukan serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah :

Kreativitas merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Kreativitas bagi mereka adalah suatu sikap. Individu ini asli, inventif dan inovatif mesti tidak harus menghasilkan sesuatu.

Kepribadian yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang terdiri dari system-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu terhadap lingkungan.

Transendensi yang lebih tinggi, unggul, agung, melampaui superlative arti yang lain tergantung dan tesendiri. Individu yang beraktualisasi diri akan berusaha yang terbaik

Demokratis, orang yang beraktualisasi diri bertingkah laku lebih dalam daripada toleransi. Meski individu menyadari bahwa perbedaan-perbedaan dengan orang, tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa memperhatikan tingkat Pendidikan dan kelas social. Individu siap mendengar dan belajar pada siapa siapa saja yang dapat mengajarkan itu pada dirinya.

Hubungan social yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya.1

Hasil yang didapat WBS Gepeng setelah mengikuti seminar “Aktualisasi Diri Menuju Perubahan Mental Psikososial Gepeng Yang Mandiri”.

1.    Memiliki empati sesama warga binaan
2.    Warga binaan dapat menerima keadaan yang sedang dialami saat ini
3.    Merencanakan masa depan setelah keluar dari Balai RSBKL
Menyadari potensi diri yang dimiliki dan dapat mengimplementasikan dalam kehidupannya