Pages

Sunday, July 30, 2017

WBS Eks Psikotik Balai RSBKL DIY Per Juni 2017

Selain memberikan pelayanan kepada WBS Gelandangan dan Pengemis, Balai RSBKL juga melayani WBS eks psikotik atau yang lebih sering disebut dengan ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa). Sebagian besar ODGJ yang menjadi WBS Balai RSBKL adalah Orang dengan Skizofrenia (ODS), meskipun terdapat juga beberapa kondisi ganguan jiwa lainnya. Berikut adalah gambaran kondisi WBS Eks Psikotik Balai RSBKL jika dilihat dari kondisi kejiwaanya:



Dari data diatas, tampak bahwa sebagian besar WBS eks psikotik Balai RSBKL adalah ODS. Meskipun begitu, banyak juga WBS dengan retardasi mental, gangguan mental organik, epilepsi, dan gangguan skizoafektif. Ada pula beberapa WBS yang mengalami dua kondisi gangguan jiwa sekaligus. Yang perlu menjadi perhatian, terdapat 4% WBS non-psikotik. WBS ini adalah WBS eks Panti Karya yang kemudian setelah digabung dengan Balai RSBKL ditempatkan di Unit Laras karena membutuhkan bantuan dalam aktivitas hidup sehari-harinya.

Sebagai bentuk pelayanan kesehatan kepada ODGJ yang memerlukan pengobatan serta pemeriksaan kesehatan secara rutin, salah satu pelayanan yang diberikan oleh Balai RSBKL adalah memeriksakan WBS kepada Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di RSJ Grhasia secara rutin sebulan sekali. Adapun pemberian obat diberikan secara rutin tiap pagi dan sore hari. Pemberian obat ini dikelola oleh Perawat Balai RSBKL.

Tidak hanya kondisi kesehatan jiwanya yang beragam, kondisi kesehatan fisik WBS eks psikotik Balai RSBKL pun juga beragam. Saat ini (per Juni 2017), Balai RSBKL melayani 7 orang WBS bed rest yang memerlukan bantuan total dalam aktivitas hidup sehrai-harinya, serta 3 orang WBS yang mengalami ganguan gerak sehingga untuk mobilisasi jarak jauh membutuhkan bantuan orang lain. Ketigabelas WBS tersebut tidak memiliki keluarga, sehingga membutuhkan perawatan di balai seumur hidupnya.


DIlihat dari segi usia, saat ini terdapat 43 lansia (berusia ≥ 60 tahun), baik lansia eks psikotik maupun non psikotik. Sebagian besar lansia ini juga tidak memiliki keluarga, sehingga tidak dapat dipulangkan, serta selamanya akan ditampung oleh Balai RSBKL.

Wednesday, July 26, 2017

Penelitian di Balai RSBKL DIY


Mohon maaf penyantuman informasi belum selesai,
sedang dalam proses pengumpulan data.


E                                                                    
ERNI WIDAYANTI, NIM. 11250073 (2015) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP TUMBUH KEMBANG PSIKOSOSIAL ANAK KLIEN DI PANTI SOSIAL BINA KARYA SIDOMULYO YOGYAKARTA. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga.

F                                                                    
FAUZI ZEEN ALKAF, NIM. 11220001 (2015) BIMBINGAN BAGI GELANDANGAN DAN PENGEMIS DALAM MENUMBUHKAN SELF-DETERMINATION DI PANTI SOSIAL BINA KARYA (PSBK) YOGYAKARTA. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.


Friday, July 21, 2017

Kemensos Ajak Masyarakat Hargai Penyandang Disabilitas



Masyarakat seharusnya melindungi dan menghargai keberadaan penyandang disablitas di mana saja berada, apalagi di lingkungan civitas akademika yang merupakan tempat penyemaian kader intelektual bangsa. Harapan tersebut disampaikan Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial (Kemensos), Nahar saat berkunjung ke Kampus Universitas Gunadarma, Jalan Margonda, Depok, Senin (17/7).

Nahar didampingi sejumlah pejabat Kemensos, Pekerja Sosial Anak, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Team Reaksi Cepat Kementerian Sosial. Sengaja menginisiasi pertemuan dengan mengajak berbagai latar belakang terkait penyandang disabilitas pasca adanya kasus bullying yang menimpa salah satu mahasiswa penyandang disabilitas.
Dari pihak kampus Universitas Gunadarma diwakili Pembantu Rektor III, Irwan Bastian. Irwan menyatakan permohonan maaf dan menjelaskan pihaknya telah membentuk team investigasi untuk menelaah kasus yg mengindikasikan keterlibatan beberapa mahasiswa dalam kasus tersebut.
Pertemuan menghasilkan 10 butir berisi poin-poin pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang ditandatangani oleh 107 lembaga dan komunitas yang bergerak di bidang rehabilitasi sosial untuk penyandang disabilitas dan 178 individu para pemerhati, keluarga dari anak disabilitas dan akademisi.
Nahar menambahkan pentingnya pencarian solusi bagi kepentingan yang terbaik bagi anak agar situasi kembali berjalan kondusif bagi anak untuk melanjutkan kuliah kembali ditempat semula. “Kampus harus menjadi area ramah dan inklusi bagi penyandang disabilitas belajar dan berkarya,” katanya.
Hal senada disampaikan Primaningrum, orang tua dari anak penyandang disabilitas menyampaikan pentingnya tanggung jawab perlindungan dan penghargaan atas keberadaan penyandang disabilitas.
Mahmud Pasya dari PPDI (Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia), mengajukan kesediaan untuk mendampingi kampus dalam mengkondisikan dinamika kampus dengan shelter khusus atau pusat kajian khusus disabilitas, sebagai laboratorium mahasiswa untuk mengakses informasi dan mewujudkan kampus inklusi.
“Saya berharap semua dapat di selesaikan dengan proporsional, mengedepankan pendekatan empati baik bagi korban dan pelaku”, Ujarnya. Mahmud Pasha menambahkan perlu melakukan mediasi bagi kepentingan yang terbaik bagi anak dan menyegerakan membangun lembaga berupa pusat kajian disabilitas yang dapat digunakan sebagai laboratorium bagi dosen, mahasiswa dan masyarakat dalam menyelenggarakan kampus inklusi dan masyarakat inklusi.

Latri Mumpuni
Analis NAPZA Dit RSKP NAPZA
Sumber : Kemensos RI

Syawalan Dinas Sosial DIY

Yogyakarta (03/07/2017) Peringatan Idul Fitri merupakan buah dari kemenangan setelah menahan nafsu dengan berpuasa. Kita akan sungguh merasakan betapa kemenangan, kelegaan ada di hati kita ketika kita sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan terlebih dapat menunaikannya satu bulan penuh. Demikian sambutan Kepala Dinas Sosial DIY, Drs Untung Sukaryadi, MM dalam Syawalan peringatan Hari Raya Idul Fitri 1438 H bersama seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) di lingkungan Dinas Sosial DIY pada hari Senin, 03 Juli 2017.
Pada Pembukaan Syawalan di bacakan Ikrar syawalan oleh Sekretaris Dinas Sosial Ibu Endang Patmintarsih SH, Msi. Lebih lanjut Kepala Dinas Sosial DIY mengingatkan bahwa  silaturahmi dan saling memaafkan pada perayaan Idul fitri  ini  tidak hanya berhenti pada momentum ini, namun terus dikembangkan dan menjadi semangat dalam memupuk kebersamaan di lingkungan kerja.

Dalam suasana kebersamaan seluruh ASN dan tenaga honorer dari  Dinas Sosial induk, UPTD, maupun PSKS diantaranya TAGANA dan Tenaga Pelopor perdamaian semua larut dalam kegembiraan pada acara syawalan tersebut. Acara Syawalan Dinas Sosial DIY ditutup dengan makan bersama yang diiringi dengan lantunan lagu-lagu rohani. (*)

Peresmian Ujicoba Rumah Antara bagi Penyandang Disabilitas Mental (PDM) di DIY

YOGYAKARTA (03/06/2017) Permasalahan kesehatan jiwa menjadi isu penting yang menarik perhatian banyak pihak, disamping karena masalahnya tidak saja menyangkut kehidupan individu, tetapi  berdampak pada keluarga dan masyarakat serta intervensinya membutuhkan keterlibatan lintas profesi. Terbitnya UU No 18 tahun 2014 tentang  Kesehatan Jiwa mengatur bagaimana upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus dilakukan demi kesehatan jiwa. Pada UU tersebut ditegaskan bahwa sektor kesehatan bertanggung jawab dalam rehabilitasi psikiatrik dan sektor sosial bertanggung jawab dalam melakukan rehabilitasi sosial sehingga proses rehabilitasi bagi Penyandang Disabilitas Mental (PDM) dapat dilaksanakan secara terintegrasi, terkoordinasi dan berkesinambungan dengan memperhatikan prinsip ketuntasan layanan. Terbitnya UU No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas memperkuat pentingnya proses rehabilitasi bagi Penyandang disabilitas mental.
Terkait dengan hal itu Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas berkerjasama dengan Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan Uji Coba Rumah Antara bagi Penyandang Disabilitas Mental di DIY,. Kegiatan ini diresmikan oleh Dr. Marjuki, M.Sc pada hari Jumat, 2 Juni 2017 bertempat di Rumah Antara balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras Karangmojo, Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. Peresmian ini diantaranya dihadiri oleh Bappeda DIY, Biro Kesra DIY, Dinsos DIY, Instansi Sosial Kabupaten Kota di DIY, RS Grhasia Yogyakarta, Bapeljamkesos, Polres Sleman, Polsek Kalasan,  Puskesmas Moyudan, Balai RSBKL, Kader jiwa Yogyakarta, dan tamu-tamu undangan yang lain yang terkait dan mendukung pelakasanaan kegiatan ini.
Peresmian Rumah Antara ini menumbuhkan harapan yang baik dalam masyarakat, dimana sebagai salah satu bentuk layanan yang membantu menjembatani proses integrasi penyandang disabilitas mental dari layanan rehabilitasi menuju keluarga dan masyarakat, dan pada akhirnya dapat membantu memenuhi hak-hak penyandang disabilitas mental.(*)